“Sepotong Roti yang Tidak Halal” – Inspirasi dari Surat Al-Baqarah Ayat 188
Yogyakarta – Artinya “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah dua sahabat bernama Hasan dan Rafiq. Mereka berdua tumbuh bersama sejak kecil dan bekerja sebagai pedagang di pasar. Hasan terkenal jujur dan selalu menjaga kehalalan usahanya, sementara Rafiq adalah sosok yang cerdas tetapi mulai tergoda untuk mencari keuntungan dengan cara yang tidak benar. Suatu hari, pemerintah setempat membuka tender pembangunan kios baru di pasar. Banyak pedagang, termasuk Hasan dan Rafiq, mengajukan permohonan. Namun, hanya ada beberapa tempat yang akan disetujui. Melihat kesempatan itu, Rafiq mulai berpikir untuk menyogok petugas agar dirinya mendapatkan kios strategis.
Hasan menasihatinya, “Rafiq, jangan gunakan cara curang. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 188 agar kita tidak memakan harta orang lain dengan jalan batil. Rezeki yang datang dari kecurangan tidak akan membawa berkah.” Namun, Rafiq tidak menghiraukan nasihat itu. Ia merasa hal itu sudah biasa dilakukan banyak orang. Beberapa hari kemudian, ia berhasil mendapatkan kios besar di depan pasar setelah memberi sejumlah uang kepada petugas. Ia merasa bangga dan berkata, “Lihat, Hasan. Dunia ini milik orang yang berani. Kalau hanya mengandalkan kejujuran, kita akan tertinggal.”

Pesan Dari Surat Al-Baqarah ayat 188
Waktu berlalu. Rafiq membuka usahanya dengan megah, tetapi entah mengapa usahanya tidak pernah berkembang. Dagangannya sering basi, pembeli datang dan pergi tanpa kembali, bahkan beberapa kali ia mengalami kerugian besar. Setiap malam ia gelisah dan merasa hidupnya tidak tenang. Sementara itu, Hasan yang mendapat kios kecil di pojok pasar justru dagangannya laris. Para pelanggan menyukai kejujurannya, dan usahanya berkembang perlahan namun pasti. Ia selalu memastikan setiap barang ditakar dengan benar dan setiap transaksi dilakukan secara adil.
Suatu hari, petugas yang menerima suap dari Rafiq tertangkap karena kasus korupsi, dan semua dokumen transaksi termasuk data pemberian uang diselidiki. Nama Rafiq pun ikut terseret. Ia dipanggil untuk dimintai keterangan dan akhirnya kehilangan hak atas kiosnya. Dengan wajah murung, Rafiq datang menemui Hasan. Ia menunduk dan berkata lirih, “Kau benar, Hasan. Aku mengira sedikit kecurangan tidak akan berdampak besar. Tapi ternyata, semua harta yang kudapat dengan cara batil lenyap begitu cepat.”
Hasan tersenyum lembut, lalu menepuk bahu sahabatnya. “Allah Maha Adil, Rafiq. Jika kita mencari rezeki dengan cara halal, meski sedikit, itu lebih berharga daripada kekayaan yang datang dari kecurangan. Ingatlah, rezeki yang halal membawa ketenangan, sementara yang batil hanya membawa kesengsaraan.” Sejak hari itu, Rafiq bertaubat. Ia menutup usahanya yang lama dan memulai kembali dari nol, kali ini dengan penuh kejujuran. Perlahan-lahan, Allah membuka pintu rezekinya kembali. Ia belajar bahwa ayat dalam Surah Al-Baqarah ayat 188 bukan hanya larangan, tetapi peringatan lembut agar manusia hidup dengan adil, jujur, dan bertanggung jawab.
Makna Cerita:
Surah Al-Baqarah ayat 188 menegaskan larangan keras untuk memakan harta orang lain secara batil, baik melalui penipuan, suap, manipulasi, maupun kezaliman. Ayat ini juga mengingatkan bahwa mencari keuntungan dengan cara yang tidak halal hanya akan membawa dosa dan kehancuran, meskipun tampak menguntungkan di awal. Dari kisah Hasan dan Rafiq, kita belajar bahwa kejujuran dan integritas adalah fondasi utama dalam mencari rezeki. Rezeki yang sedikit namun halal lebih berharga daripada kekayaan yang diperoleh dengan cara curang. Allah menjanjikan keberkahan bagi mereka yang menjaga keadilan, dan memberi peringatan bagi yang mengabaikannya. (PBS)



Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!